Minggu, 27 November 2011

ASAL USUL NAMA BRUNEI

            Peta Asia Pada Tahun1540                                                                                                                  
Asal Nama Brunei
Mengikut pengkaji sejarah Brunei, nama perkataan Brunei berasal dari perkataan "baru nah". Dan dari dalam internet, penulis mendapati pengkaji sejarah dari Indonesia berpendapat, perkataan Brunei berasal dari nama pokok.



Berasal Porne


Selain itu penulis berpendapat, bahawa Nama Brunei itu berasal dari perkataan Porna, atau Porne, kerana berkemungkinan pulau porne ( Borneo) dinamakan atas nama Purnawarman. Berkemungkinan Pulau Borneo telah ditakluki oleh Purnawarman, maka Pulau Borneo yang ditaklukinya dinamakan dengan nama Porni atau Porne. ( Lahjah India)



Hilangnya Perkataan Warman


Warman tidak disebut pada nama pulau tersebut kerana warman adalah nama keturunan atau juga bererti Raja. Perkataan warman banyak disebut pada pemerintah dan raja raja Indonesia, seperti Mulawarman, Aditiawarman dan banyak lagi.


Porne Menjadi Poni


Walau bagaimanapun, dalam sejarah china, Pulau Porne tidak dinamakan Porne, tetapi pone atau poni atau puni. Huruf ‘R’ tidak disebut dalam nama puni ini, mungkin kerana lahjah orang-orang cina yang tidak pandai menyebut huruf ‘R’.


Menjadi Borne atau Burni


Setelah Islam tiba di Porne, Pulau Porne tidak lagi dinamakan sebagai Porne, tetapi Borne, atau Bornei, atau Borni. Huruf ‘P’ bertukar menjadi ‘B’, mungkin kerana lahjah orang arab tidak pandai menyebut huruf ‘P’. Sepertimana lafaz perkataan ‘Pepsi” bertukar menjadi ‘Bebsi’.


Menjadi Borneo


Namun apabila eropah tiba, perkataan Borne dijadikan Borneo, mungkin kerana kebiasaan orang-orang Itali yang menggunakan huruf ‘O’ dihujung kalimah mereka. Seperti “Filipin” menjadi “Filipino” dan lain-lain.

Asal mula Penyebaran Suku Tidung (brunei)

Pada asalnya Sabah ini (Borneo Utara) dikuasai oleh kerajaan Brunei dikenali sebagai Sarawak keseluruhannya sebelum diubah menjadi Borneo oleh James Brook dan syarikat British Hindia Timur (Rujuk surat pajak Borneo Utara dalam Buku Tausug & Kesultanan Sulu). Kesultanan Islam Brunei bermula pada tahun 1368 setelah Raja Awang Alak Batatar memeluk Islam (Sila rujuk Tarsila Brunei I & II). Pada 1610 anakanda Sultan Brunei bernama Raja Bongsu ditabal menjadi Sultan Sulu (menggantikan bapa saudaranya Sultan Sulu yang wafat tanpa anak) dengan gelaran Sultan Mawallil wasit (inilah kerabat Brunei yang pertama menjadi Sultan Sulu).

Kekuasaan Brunei sangat luas dari Sarawak hingga ke Manila (Fi Amanillah-mendapat keamanan Allah) termasuklah keseluruhan Sabah ketika itu. Pada 1665 Brunei mengalami perang saudara dan berlanjutan selama 10 tahun. Kemiskinan dan kemelaratan akibat perang saudara menyebabkan Brunei hampir hilang dalam peta dunia. Hinggakan Sabah ketika itu tidak dapat lagi ditadbir oleh Brunei. Pada 1675 Sultan Brunei minta bantuan Sultan sulu untuk selesaikan masaalah mereka. Pahlawan Sulu datang dengan bala tenteranya dan membunuh si pemberontak maka tamatlah perang saudara 10 tahun itu dan Sabah dihadiahkan oleh Sultan Brunei kepada Pahlawan Sulu untuk ditadbir oleh Sultan Sulu. Bermulalah pembukaan tanah dari teluk kimanis sampai ke teluk Sibuku di kalimantan oleh Datu-Datu Diraja Sulu untuk ditadbir. Maka benarlah kata-kata bro Bushido tentang tiadanya penguasaan Brunei terhadap momugun dalam masa 10 tahun itu.

Kebebasan momugun dan kaum lain di Borneo Utara (Sabah) ketika itu berlanjutan sehingga 10 tahun lagi sehinggalah pada 1685 barulah Sultan Sulu (Sultan Shahabuddin) menguatkuasakan undang-undang cukai. orang2 Sulu tidak mengutip cukai sebelum itu kerana sibuk membuka tanah perkampungan dari teluk kimanis hingga ke teluk Sibuku Kalimantan. Bermakna selama 20 tahun Borneo Utara tidak ditadbir. Prof. Cesar Adib Majul menyatakan dalam bukunya "Muslim In The Philipines" bagaimana Sultan Sulu bertungkus lumus menjaga perairan Borneo Utara dari kekuasaan Spanyol ketika itu. Perlawanan dua aqidah untuk berebut kuasa perdagangan dan penyebaran agama memaksa Sultan Sulu memerangi siapa sahaja yang enggan membayar cukai termasuk Momugun dan kaum Tidung. Ketika ini Kaum Dayak (semua kaum pribumi) lari masuk ke tengah hutan dan gunung-ganang agar pengutip cukai tidak sampai kepada mereka. Yang tak lari terpaksa menjaga ternakan atau pengembala binatang kepunyaan para Datu-Datu Diraja Sulu (pengembala tidak dizalimi - buktinya kata Bro Bushido si pengembala Momugun memberi syarat tertentu sebagai upah).

asal mula nama pontianak

kota Pontianak adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Barat di Indonesia.

Kota ini terkenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis lintang nol derajat bumi. Di utara kota ini, tepatnya Siantan, terdapat monumen atau Tugu Khatulistiwa yang dibangun pada tempat yang tepat dilalui garis lintang nol derajat bumi. Selain itu Kota Pontianak juga dilalui Sungai Kapuas yang adalah sungai terpanjang di Indonesia. Sungai Kapuas membelah kota Pontianak , simbolnya diabadikan sebagai lambang Kota Pontianak.
Asal nama Pontianak dipercayai bermakna Kuntilanak atau hantu perempuan. Konon, ketika Syarif Abdurrahman Alkadrie tiba di daratan Pontianak , ia bertemu dengan hantu kuntilanak dan berhasil mengusirnya.

Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie adalah Pendiri dan Sultan pertama Kerajaan Pontianak. Beliau dilahirkan pada tahun 1142 Hijriah / 1729/1730 M, putra Al Habib Husin, seorang penyebar ajaran Islam yang berasal Arab.

Tiga bulan setelah ayahnya wafat pada tahun 1184 Hijriah di Kerajaan Mempawah, Syarif Abdurrahman bersama dengan saudara-saudaranya bermufakat untuk mencari tempat kediaman baru. Mereka berangkat dengan 14 perahu Kakap menyusuri Sungai Peniti. Waktu dzuhur mereka sampai di sebuah tanjung, Syarif Abdurrahman bersama pengikutnya menetap di sana . Tempat itu sekarang dikenal dengan nama Kelapa Tinggi Segedong.

Namun Syarif Abdurrahman mendapat firasat bahwa tempat itu tidak baik untuk tempat tinggal dan ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mudik ke hulu sungai. Tempat Syarif Abdurrahman dan rombongan sembahyang dhohor itu kini dikenal sebagai Tanjung Dhohor.

Ketika menyusuri Sungai Kapuas, mereka menemukan sebuah pulau, yang kini dikenal dengan nama Batu Layang, dimana sekarang di tempat itulah Syarif Abdurrahman beserta keturunannya dimakamkan. Di pulau itu mereka mulai mendapat gangguan hantu Pontianak . Syarif Abdurrahman lalu memerintahkan kepada seluruh pengikutnya agar memerangi hantu-hantu itu. Setelah itu, rombongan kembali melanjutkan perjalanan menyusuri Sungai Kapuas.

Menjelang subuh 14 Rajab 1184 Hijriah atau 23 Oktober 1771, mereka sampai pada persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Setelah delapan hari menebas pohon di daratan itu, maka Syarif Abdurrahman lalu membangun sebuah rumah dan balai, dan kemudian tempat tersebut diberi nama Pontianak. Di tempat itu kini berdiri Mesjid Jami dan Keraton Kadariah.

Akhirnya pada tanggal 8 bulan Sya’ban 1192 Hijriah,bertepatan dengan hari isnen dengan dihadiri oleh Raja Muda Riau, Raja Mempawah, Landak, Kubu dan Matan, Syarif Abdurrahman dinobatkan sebagai Sultan Pontianak dengan gelar Syarif Abdurrahman Ibnu Al Habib Alkadrie.

Dibawah kepemimpinannya kerajaan Pontianak berkembang sebagai kota pelabuhan dan perdagangan yang cukup disegani.

Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada hari Rabu, 23 Oktober 1771 (14 Radjab 1185 H), yang ditandai dengan membuka hutan di persimpangan tiga Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal. Pada 1192 H, Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan pada Kesultanan Pontianak. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Mesjid Jami’ Sultan Abdurrahman Alkadrie dan Keraton Kadariah, yang sekarang terletak di Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur

Sejarah pendirian kota Pontianak yang dituliskan oleh seorang sejarawan Belanda, VJ. Verth, dalam bukunya Borneos Wester Afdeling, yang isinya sedikit berbeda dari versi cerita yang beredar di kalangan masyarakat saat ini.

Menurutnya, Belanda mulai masuk ke Pontianak tahun 1194 Hijriah (1773 Masehi), dari Betawi. Verth menulis bahwa Syarif Abdurrahman, putra ulama Syarif Hussein bin Ahmed Alqadrie (atau dalam versi lain disebut sebagai Al Habib Husin), setelah meninggalkan kerajaan Mempawah mulai merantau. Di Banjarmasin , ia menikah dengan adik sultan bernama Ratu Sarib Anom. Ia berhasil dalam perniagaan dan mengumpulkan cukup modal untuk mempersenjatai kapal pencalang dan perahu lancangnya. Kemudian ia mulai melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Dengan bantuan Sultan Passir, Syarif Abdurrahman kemudian berhasil membajak kapal Belanda di dekat Bangka, juga kapal Inggris dan Perancis di Pelabuhan Passir. Abdurrahman menjadi seorang kaya dan kemudian mencoba mendirikan pemukiman di sebuah pulau di sungai Kapuas. Ia menemukan percabangan sungai Landak dan kemudian mengembangkan daerah itu menjadi pusat perdagangan yang makmur, dan Pontianak berdiri.

Asal Mula Tanah Jawa

Pulau Jawa memiliki karakteristik dan nilai jual sangat tinggi dibanding pulau lain di Indonesia, bahkan belahan dunia. Nabi Muhammad bahkan memiliki penilaian tersendiri, terhadap Jawa di masanya.
Jawa yang dulunya gabungan dari Sumatera, Bali, Madura, mulai masuk peradaban dimasa Nabi Isa. Namun, siapapun yang masuk selalu tak bertahan lama dan meninggal.



Dalam Serat Mahaparwa, karangan Empu Satya di Mamenang (Kediri), tahun 851 S atau 879 C, penghuni tanah jawa pertama kali adalah para dewa. Dewa ini datang dari Gunung Himalaya India. Mereka datang dipimpin langsung oleh Sanghyang Guru dan memberi nama pulau dawa (panjang). Namun setelah berdiam selama 15 tahun, para dewa ini balik lagi ke India, sehingga pulau ini sepi lagi.
Keberadaan puau Jawa ini, kemudian menarik perhatian Prabu Isaka dan kemudian dikenal Ajisaka, yang saat itu tinggal di Hindustan. Dia adalah putera Bathara Ramayadi.
Karena terjadi perebutan tahta, Ajisaka mengungsi ke hutan dan di sana ditemui ayahnya dan kemudian disuruh mencari daerah yang pernah ditinggali Bathara Guru. Setelah menemukan daerah yang dimaksud, dia memberi nama Pulau Jawa. Diambil dari banyaknya tanaman Jawawut di kawasan tersebut.
Pertama kali Prabu Ajisaka menempati dan membuat rumah di Gunung Kendeng di daerah Prabalingga dan Besuki.Dia memilih daerah tersebut setelah mengelilingi pulau tersebut selama 103 hari

Sabtu, 26 November 2011

Sriwijaya

Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya; Thai: ศรีวิชัย atau "Ṣ̄rī wichạy") adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan.[1][2] Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan",[2] maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang". Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.[3][4] Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682.[5] Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan[2] di antaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa di tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.[6]
Setelah jatuh, kerajaan ini terlupakan dan eksistensinya baru diketahui lewat publikasi tahun 1918 dari sejarawan Perancis George Cœdès dari École française d'Extrême-Orient.[7]

nusantara ke 3

berisi informasi, analisis-opini, sport,fakta-realita, artikel dan berita seputar perkembangan Indonesia, nilai-nilai politik kebangsaan, ekonomi, sosial kemasyarakatan, pendidikan generasi muda,percintaan,pengaruh kekuatan Superpower Baru terhadap Indonesia dan global.dllllllllll

nusantara

Nusantaraku dulu kitasatu membentang dari Kamboja hingga australia,terpecah oleh kolonialisme ,kejayaanmu akan dikenang terus oleh sejarah,mungkin kini kita disebut nusantara ke 3 setelah melalui sejarah panjang pra penjajahan.kini kau berdiri berlandaskan demokarsi,tuk membenahi diri menjadi nusantara gagah seperti kejayaan sriwijaya.